My Pre-Departure Experience
Hello!
Sekarang gue udah berangkat. Dan post kali ini adalah cerita mengenai bagaimana pengalaman gue H-7 before departure.
Before I experience it myself, gue selalu menganggap bahwa minggu pertama setelah sampai adalah minggu yang paling berat. Ternyata, kenyataannya H-7 juga sangat sangat berat.
Selama seminggu sebelum berangkat gue terus menerus nangis dan merasa sangat cape.
Setiap hari gue pergi main sama temen-temen, ada temen dari Bandung yang dateng nginep, ada temen SMP dan SMA gue. Pokoknya, siang dan malem gue pergi sama temen dan malem sama mami (dan papa, tapi doi kebanyakan cuma tidur) gue di rumah.
Tepat H-7, waktu gue mau tidur gue banjir air mata. Entahlah, cuma semua bayangan tentang being alone dan being all by my self muncul semua. Tapi yang paling bikin sedih adalah ninggalin keluarga, especially leaving my parents. Bahkan sambil ngetik ini gue diem dulu karena ternyata tetap terasa kesedihannya, meskipun gue udah melewati perjalanan 9 jam di pesawat dan 9 jam di bandara.
Setiap hari meskipun gue seneng-seneng dengan temen-temen, tapi ngejalaninnya bikin gue sangat cape karena sebenarnya emotionally gue sangat sedih. Setiap hari main dengan temen yang berbeda dan setiap hari gue harus farewell, maybe that was the reason behind all my depression before leaving.
Totalnya selama 7 hari 6 malam, gue nangis di 3 malam. 1 malam gue ga sempet buat nangis karena gue demam, yaitu H-3 sebelum keberangkatan. Dramatis banget ya, kesannya? Tapi leaving your country is never easy, especially mungkin karena gue wanita mellow dan anak bungsu yang manja.
Hari H keberangkatan gue, sebenernya gue menahan-nahan buat nangis. Pergi makan sama keluarga dan keluarga nganterin ke bandara, check in, gue masih belum nangis sampai akhirnya keluarga dan temen-temen gue nganterin gue ke gate. Waktu meluk temen-temen gue masih bisa nahan nangis sampai akhirnya gue meluk mami gue dan nangis sejadi-jadinya. It will be the last hug for the year until the end of next year. Dan gue terus nangis sampai di pesawat, sampai setengah perjalanan pesawat, sampai-sampai 2 bule yang duduk di sebelah gue nanya "Are you okay?" ke gue. Pramugarinya ketika gue minta air sampai nyelipin tissue buat gue. Gue nangis sampai sesegukan dan susah nafas, pokoknya lebay banget.
Waktu pesawatnya take off, gue bener-bener merasakan kesendiriannya. Habis ini, gue ga bisa balik lagi ke Indo. Habis ini, gue bener-bener sendirian. Semuanya beda banget sama gue di Bandung, yang kalau kangen mami gue tinggal pulang naik travel 4 jam. Sekarang, kalau mau pulang tiketnya udah berbelas belas juta, dan gue harus melewati perjalanan kurang lebih 24 jam lagi. Gue udah beda benua dan keluarga gue semua begitu jauh dari gue. Selama ini gue kira gue senang dengan keberangkatan gue, tapi ketika duduk di pesawat, gue ngerasa "Apakah benar gue mau stay for good di Belanda? Ini baru berangkat aja udah pengen banget pulang."
Jadilah gue terus menerus nangis di pesawat, although gue emang yakin ya dengan keputusan gue untuk berangkat selama setahun ini. Nah, cara paling gampang buat mengalihkan perhatian adalah dengan nonton. Gue nonton Tully dan di tengah-tengah sebenernya gue merasa sangat cape dan pengen tidur, sakit kepala, etc. Jadi, gue matiin filmnya dan pasang headset. Ternyata waktu mau tidur, gue nangis lagi. Akhirnya gue nonton filmnya sampai selesai, makan dan minum antimo, berharap gue bisa tidur. Ternyata manjur guys minum antimo, gue sampe susah bangun :p
Sebangunnya gue dari tidur yang panjang, I'm feeling better. Mungkin udah lebih bisa rasional karena udah tidur. Cape di badan gue yang udah gue rasain selama seminggu bener-bener ilang and I'm feeling my body again, Thanks God!
Gue transit di Doha, Qatar for 8 hours and 40 minutes.
Bad thing is that I wasn't given any hotel room because it's full, but good thing is that I got to sleep at quite room where the people sleep and I got to feel excited again.
That's it, my pre-departure experience.
For people who wants to leave their family, be ready to experience the sadness, because it's really tiring. But don't give up, we grow up the most out of our comfort zone, and good things are coming. Cheers.
Komentar
Posting Komentar