Au Pair
The Background Story Behind The Changes In My Life
Semester 8 merupakan semester akhir dimana gue cuma menjadi asdos dan ngurus skripsi. Selebihnya, my life was not challenging at all. Cuma main dan main aja, which was fun, no doubt.
But ever since it began, gue tau kalau gue harus daftar IELTS. Dan gue yakin gue ga bakal lulus kalau gue ga ambil preparation class terlebih dahulu.
Akhirnya gue mendaftarkan diri di IEDUC (International Education Center) di Jalan Cimanuk, Bandung. Waktu itu pendaftarannya sekitar 2.300.000 karena lagi promo, dan itu kelas 3 kali seminggu, dengan total waktu 5 minggu. Harga udah termasuk buku dan post + pre + middle test. Jadi, overall the price was affordable right.
Kalau masuk kelas preparation IELTS, sudah pasti isinya adalah orang-orang yang berencana (atau penasaran) dengan IELTS. Jujur, masuk ke kelas ini dan bertemu dengan teman-teman kelas IELTS membuat gue kenal orang-orang dengan mimpi yang sama, yaitu mau kuliah ke luar negri. Asik juga, karena kita semua saling berbagi pengetahuan dan sharing tentang mimpi masing-masing. The dreams felt so real when you share it with people with the same thoughts. Gue merasa bahwa ternyata bukan gue aja yang bermimpi setinggi langit, tapi merekapun juga. So I'm not alone.
Singkat cerita, pulang dari les gue lagi pergi makan sama temen-temen dan ada seorang temen gue namanya Mbak D., dia cerita tentang Au Pair di German. Sebenernya ketika SMA gue udah pernah denger tentang Au Pair ini, tapi karena masih SMA, jadi rasanya masih impossible. Pokoknya malem itu gue bagaikan ter brainwashed, dan pulang dari dinner itu gue langsung browsing segala yang perlu gue ketahui tentang Au Pair.
Sebenernya rencana gue adalah mengambil working holiday visa ke Australia untuk nabung biaya S2 di Belanda. Tapi, mendengar opportunity untuk berangkat ke Belanda dengan lebih mudah dan cepat yaitu dengan menjadi Au Pair, gue memutuskan untuk daftar dulu. Ga akan ada kerugiannya juga daftar doang.
Jadi, sebenernya apa sih Au Pair itu?
Dari pengetahuan gue aja ya. Sebenernya Au Pair itu adalah program pertukaran budaya, biasanya waktunya adalah satu tahun. Karena gue ambil di Belanda, jadi semua yang akan gue jelaskan basically didasari sama peraturan-peraturan Au Pair di Belanda. Jadi, seorang Au Pair merupakan perempuan (atau laki-laki, meskipun sangat jarang) yang pergi ke negara lain dan tinggal bersama host family. Host family menjadi keluarga Au Pair ini selama mereka menetap di negaranya. Jadi, Au Pair dianggap sebagai anak angkat dan part of the family. Biasanya host family juga memberikan les bahasa kepada Au Pair, memberikan uang saku sebanyak 300-340 euro sebulan, kamar bagi Au Pair, tiket pesawat (tergantung kesepakatan Au Pair dan host family) dan sudah pasti makanan bagi Au Pair. Pokoknya kebutuhan sehari-hari Au Pair ditanggung oleh keluarga. Enak banget kan?
In return, Au Pair harus menjaga anak dari host family mereka ketika orangtua anak-anaknya lagi kerja. Jaga anak seperti nemenin mereka main dan belajar, kasih makan mereka, jemput dan antar mereka ke day care, dan lain-lain. Batas kerja adalah 8 jam sehari, maksimum 30 jam seminggu dan 5 hari seminggu. Jadi, weekend Au Pair harus libur dari segala tanggung jawab menjaga anak. Selain jaga anak, Au Pair diminta juga untuk membantu household task, tapi biasanya yang ringan seperti memvakum lantai, mencuci piring (Tapi mereka pakai mesin kok, jangan disamakan sama Indonesia ya, hehe) dan lain-lain.
Untuk menjadi Au Pair sendiri sebenarnya ada bermacam-macam cara. Harus rajin-rajin browsing dan cari-cari pengalaman orang lain ini itu untuk mendapatkan kepastian-kepastian informasi. Gue juga sampai chat orang Brazil yang jadi au pair di Belanda, meskipun gue gak tau siapa dia xD. Nah, pilihan untuk menjadi Au Pair adalah:
1. Berusaha sendiri. daftar di web, salah satunya adalah www.aupairworld.com. Sebenernya ada banyak web lain, tapi gue sendiri lebih percaya sama web ini.
2. Melalui agency. Resiko menggunakan agensi seperti yang gue ketahui dari salah satu orang au pair yang sekarang tinggal di Belanda adalah harus bayar biaya 7.000.000 rupiah. Tapi, setelah itu semuanya diurus sama mereka. Mulai dari interview, diajarin cara interview dengan keluarga, dicarikan keluarga, dokumen untuk visa, dan lain-lain. Gue sendiri tidak ada uang untuk bayar agensi ya.. dan lagi, sebenernya setelah gue baca-baca, banyak au pair yang gak cocok sama host family mereka yang dipilihkan oleh agensi. Jadi, beberapa malah pulang lagi ke Indo. Kan peer banget ya.. Dan juga ada lagi kebanyakan keluarga di Belanda itu lebih seneng kalau au pairnya gak punya agency. Karena mereka lebih suka pake agency di Belanda, seperti keluarga gue.
Kalau gak mau ribet ya pakai agensi seperti smilingfaces, although gue gak tau mereka masih ada atau ga. Atau delf / delft agency. Tapi kalau gue, mending semua urus sendiri deh. Semuanya jelas dan bisa di urus meskipun ribet sedikit. Ya, demi perubahan kan harus ada usaha keras, betul?
Begitulah kira-kira yang gue tangkep mengenai Au Pair.
Malam habis pergi dinner sama temen-temen les gue, gue membuka www.aupairworld.com dan membuat profile diri gue sendiri. Gue pasang foto gue bareng anak-anak, menjelaskan kenapa gue mau jadi Au Pair, dan lain sebagainya. Awalnya gue tulis kalau gue jadi Au Pair karena pengen S2 di Belanda.
Keesokan harinya gue dapet message dari keluarga di Utrecht, sepertinya mereka tertarik dengan gue. Tapi setelah gue bilang gue mau S2, mereka entah kenapa tidak bales chat gue lagi. Pokoknya singkat cerita gue dapet masukan dari temen gue yang tinggal di Belanda. Dia bilang, lebih baik jangan ngomong mau S2 karena berarti fokus gue bukan jadi Au Pair tapi karena pengen kuliah. Akhirnya gue ganti profile gue dengan sedikit lebih 'pasang image'. :)
Setelah penantian panjang, di tolak banyak keluarga dan lain-lain, akhirnya gue dapet panggilan skype interview dari satu keluarga. Ternyata ibu dari keluarga ini sangat casual dan dia sangat menekankan kalau dia mau orang yang terbuka dan bisa ngungkapin apa yang mereka rasain, which is sangat mudah buat gue yang seorang ekstrovert. Akhienya gue melakukan skype interview sebanyak kurang lebih 5 kali dan akhirnya keluarga ini memutuskan untuk mejadikan gue Au Pair keluarga mereka (yeay!).
Meskipun kelihatannya gampang, tau-tau gue udah dapet host family, kenyataannya gue galau dan banyak gak tidur karena mikirin tentang Au Pair ini. Salah satu alasannya adalah karena orangtua gue takut gue di multilasi, di tipu orang, dan lain sebagainya. Banyak juga cerita-cerita ga enak tentang Au Pair. So, my advice adalah, pinter-pinter mengenali dan menilai orang. Tugas dan tanggung jawab sebagai seorang Au Pair harus dibaca dan disetujui kedua pihak. Dan yang paling penting, jangan nyerah. Gue juga di tolak-tolak sana sini dan udah sampe nyari keluarga di negara lain such as Perancis, Belgia dan Finlandia. Tapi untung aja, gue akhirnya berhasil dapet keluarga di Belanda.
Repotnya mengurus pendaftaran dan mencari keluarga ga ada apa-apanya dengan repotnya mengurus dokumen.
Gue akan jelaskan proses-proses pengurusan dokumen untuk visa di post selanjutnya.
Semoga post ini bermanfaat dan bisa menjadi jembatan bagi mimpi orang-orang yang membacanya.
xoxo
Semester 8 merupakan semester akhir dimana gue cuma menjadi asdos dan ngurus skripsi. Selebihnya, my life was not challenging at all. Cuma main dan main aja, which was fun, no doubt.
But ever since it began, gue tau kalau gue harus daftar IELTS. Dan gue yakin gue ga bakal lulus kalau gue ga ambil preparation class terlebih dahulu.
Akhirnya gue mendaftarkan diri di IEDUC (International Education Center) di Jalan Cimanuk, Bandung. Waktu itu pendaftarannya sekitar 2.300.000 karena lagi promo, dan itu kelas 3 kali seminggu, dengan total waktu 5 minggu. Harga udah termasuk buku dan post + pre + middle test. Jadi, overall the price was affordable right.
Kalau masuk kelas preparation IELTS, sudah pasti isinya adalah orang-orang yang berencana (atau penasaran) dengan IELTS. Jujur, masuk ke kelas ini dan bertemu dengan teman-teman kelas IELTS membuat gue kenal orang-orang dengan mimpi yang sama, yaitu mau kuliah ke luar negri. Asik juga, karena kita semua saling berbagi pengetahuan dan sharing tentang mimpi masing-masing. The dreams felt so real when you share it with people with the same thoughts. Gue merasa bahwa ternyata bukan gue aja yang bermimpi setinggi langit, tapi merekapun juga. So I'm not alone.
Singkat cerita, pulang dari les gue lagi pergi makan sama temen-temen dan ada seorang temen gue namanya Mbak D., dia cerita tentang Au Pair di German. Sebenernya ketika SMA gue udah pernah denger tentang Au Pair ini, tapi karena masih SMA, jadi rasanya masih impossible. Pokoknya malem itu gue bagaikan ter brainwashed, dan pulang dari dinner itu gue langsung browsing segala yang perlu gue ketahui tentang Au Pair.
Sebenernya rencana gue adalah mengambil working holiday visa ke Australia untuk nabung biaya S2 di Belanda. Tapi, mendengar opportunity untuk berangkat ke Belanda dengan lebih mudah dan cepat yaitu dengan menjadi Au Pair, gue memutuskan untuk daftar dulu. Ga akan ada kerugiannya juga daftar doang.
Jadi, sebenernya apa sih Au Pair itu?
Dari pengetahuan gue aja ya. Sebenernya Au Pair itu adalah program pertukaran budaya, biasanya waktunya adalah satu tahun. Karena gue ambil di Belanda, jadi semua yang akan gue jelaskan basically didasari sama peraturan-peraturan Au Pair di Belanda. Jadi, seorang Au Pair merupakan perempuan (atau laki-laki, meskipun sangat jarang) yang pergi ke negara lain dan tinggal bersama host family. Host family menjadi keluarga Au Pair ini selama mereka menetap di negaranya. Jadi, Au Pair dianggap sebagai anak angkat dan part of the family. Biasanya host family juga memberikan les bahasa kepada Au Pair, memberikan uang saku sebanyak 300-340 euro sebulan, kamar bagi Au Pair, tiket pesawat (tergantung kesepakatan Au Pair dan host family) dan sudah pasti makanan bagi Au Pair. Pokoknya kebutuhan sehari-hari Au Pair ditanggung oleh keluarga. Enak banget kan?
In return, Au Pair harus menjaga anak dari host family mereka ketika orangtua anak-anaknya lagi kerja. Jaga anak seperti nemenin mereka main dan belajar, kasih makan mereka, jemput dan antar mereka ke day care, dan lain-lain. Batas kerja adalah 8 jam sehari, maksimum 30 jam seminggu dan 5 hari seminggu. Jadi, weekend Au Pair harus libur dari segala tanggung jawab menjaga anak. Selain jaga anak, Au Pair diminta juga untuk membantu household task, tapi biasanya yang ringan seperti memvakum lantai, mencuci piring (Tapi mereka pakai mesin kok, jangan disamakan sama Indonesia ya, hehe) dan lain-lain.
Untuk menjadi Au Pair sendiri sebenarnya ada bermacam-macam cara. Harus rajin-rajin browsing dan cari-cari pengalaman orang lain ini itu untuk mendapatkan kepastian-kepastian informasi. Gue juga sampai chat orang Brazil yang jadi au pair di Belanda, meskipun gue gak tau siapa dia xD. Nah, pilihan untuk menjadi Au Pair adalah:
1. Berusaha sendiri. daftar di web, salah satunya adalah www.aupairworld.com. Sebenernya ada banyak web lain, tapi gue sendiri lebih percaya sama web ini.
2. Melalui agency. Resiko menggunakan agensi seperti yang gue ketahui dari salah satu orang au pair yang sekarang tinggal di Belanda adalah harus bayar biaya 7.000.000 rupiah. Tapi, setelah itu semuanya diurus sama mereka. Mulai dari interview, diajarin cara interview dengan keluarga, dicarikan keluarga, dokumen untuk visa, dan lain-lain. Gue sendiri tidak ada uang untuk bayar agensi ya.. dan lagi, sebenernya setelah gue baca-baca, banyak au pair yang gak cocok sama host family mereka yang dipilihkan oleh agensi. Jadi, beberapa malah pulang lagi ke Indo. Kan peer banget ya.. Dan juga ada lagi kebanyakan keluarga di Belanda itu lebih seneng kalau au pairnya gak punya agency. Karena mereka lebih suka pake agency di Belanda, seperti keluarga gue.
Kalau gak mau ribet ya pakai agensi seperti smilingfaces, although gue gak tau mereka masih ada atau ga. Atau delf / delft agency. Tapi kalau gue, mending semua urus sendiri deh. Semuanya jelas dan bisa di urus meskipun ribet sedikit. Ya, demi perubahan kan harus ada usaha keras, betul?
Begitulah kira-kira yang gue tangkep mengenai Au Pair.
Malam habis pergi dinner sama temen-temen les gue, gue membuka www.aupairworld.com dan membuat profile diri gue sendiri. Gue pasang foto gue bareng anak-anak, menjelaskan kenapa gue mau jadi Au Pair, dan lain sebagainya. Awalnya gue tulis kalau gue jadi Au Pair karena pengen S2 di Belanda.
Keesokan harinya gue dapet message dari keluarga di Utrecht, sepertinya mereka tertarik dengan gue. Tapi setelah gue bilang gue mau S2, mereka entah kenapa tidak bales chat gue lagi. Pokoknya singkat cerita gue dapet masukan dari temen gue yang tinggal di Belanda. Dia bilang, lebih baik jangan ngomong mau S2 karena berarti fokus gue bukan jadi Au Pair tapi karena pengen kuliah. Akhirnya gue ganti profile gue dengan sedikit lebih 'pasang image'. :)
Setelah penantian panjang, di tolak banyak keluarga dan lain-lain, akhirnya gue dapet panggilan skype interview dari satu keluarga. Ternyata ibu dari keluarga ini sangat casual dan dia sangat menekankan kalau dia mau orang yang terbuka dan bisa ngungkapin apa yang mereka rasain, which is sangat mudah buat gue yang seorang ekstrovert. Akhienya gue melakukan skype interview sebanyak kurang lebih 5 kali dan akhirnya keluarga ini memutuskan untuk mejadikan gue Au Pair keluarga mereka (yeay!).
Meskipun kelihatannya gampang, tau-tau gue udah dapet host family, kenyataannya gue galau dan banyak gak tidur karena mikirin tentang Au Pair ini. Salah satu alasannya adalah karena orangtua gue takut gue di multilasi, di tipu orang, dan lain sebagainya. Banyak juga cerita-cerita ga enak tentang Au Pair. So, my advice adalah, pinter-pinter mengenali dan menilai orang. Tugas dan tanggung jawab sebagai seorang Au Pair harus dibaca dan disetujui kedua pihak. Dan yang paling penting, jangan nyerah. Gue juga di tolak-tolak sana sini dan udah sampe nyari keluarga di negara lain such as Perancis, Belgia dan Finlandia. Tapi untung aja, gue akhirnya berhasil dapet keluarga di Belanda.
Repotnya mengurus pendaftaran dan mencari keluarga ga ada apa-apanya dengan repotnya mengurus dokumen.
Gue akan jelaskan proses-proses pengurusan dokumen untuk visa di post selanjutnya.
Semoga post ini bermanfaat dan bisa menjadi jembatan bagi mimpi orang-orang yang membacanya.
xoxo
mantab kak, sangat menginspirasi dan memotivasi, semoga saya bisa mengikuti jejak kakak. Tertarik untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri, dan au pair mungkin bisa jadi alternatif lain selain ikut program beasiswa kuliah secara langsung.
BalasHapus